Sudah lama tidak pernah menulis di situs ini. Rasanya, terlewat banyak hal yang menarik untuk dibagikan. Sebagian besar, pada akhirnya hanya tersimpan di catatan pribadi saya dan tak berlanjut ke situs ini, biasa.. Kadang terkendala oleh niat, haha.

Usia yang seiring bertambah dan saat ini sudah melewati seperempat abad, tentu saja banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan. Dari sekian banyak pelajaran hidup itu ada sebuah kata yang menurut saya telah mengubah banyak diri saya pribadi, “adil”.

Adil, menurut KBBI pada tautan https://kbbi.web.id/adil. 1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak. 2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran. 3) sepatutnya; tidak sewenang-wenang

Dulu sewaktu kecil, saya hanya beranggapan bahwa adil adalah sama rata dan tidak berat sebelah. Dari keyakinan tersebut, setiap orang yang meng-klaim bahwa dirinya adil dengan telah memberikan suatu sikap, balasan, atau pemberian yang sama rata selalu saya aminkan. Namun, seiring bertambah usia makna adil tersebut terus berkembang. Misal, tak hanya sama rata, namun adil juga memiliki arti meletakkan sesuatu pada tempatnya (kondisi). Tak hanya itu, referensi lain pun menerjemahkan adil dengan beragam. Sehingga, satu kata yang harusnya terlihat sederhana justru malah bermakna luas.

Dengan berbagai ragam masalah yang dihadapkan selama ini, saya sempat dibuat kembali berpikir tentang kata adil. Hal ini terutama muncul ketika saya secara pribadi merasakan apa yang saya atau orang lain dapatkan menurut saya tidak seharusnya seperti yang terjadi saat itu, karena nalar saya menerjemahkan apa yang terjadi saat itu sama sekali tidak adil (dimata saya). Sempat berulang kali terjebak diperasaan bertanya-tanya dan kesal oleh “ketidakadilan” terhadap sesuatu, pada akhirnya saya merenung.

Kenapa saya bisa berpikir yang terjadi (pada saya ataupun orang lain) begitu tidak adil? Kenapa orang yang terlibat dalam tindakan menganggap (dengan verbal) bahwa putusannya tersebut adil? Dan masih banyak lagi.

Dari renungan panjang (dan berulang) itu akhirnya saya mendapat jawaban yanng menurut saya pribadi paling tepat (untuk saya). Kurang lebih seperti ini.

Adil adalah kata yang tak pernah nyata. Karena, selama ini “ketidakadilan” yang saya rasakan itu adalah putusan dari seorang manusia. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang tak lepas dari kesalahan, jadi wajar saja makna adil yang sama rata, tidak berat sebelah, dan menempatkan sesuatu pada tempatnya tidak akan sampai dititik sempurna. Adil yang sesungguhnya tidak akan ada dikeseharian. Apa yang diharapkan dari makhluk yang rentan melakukan kesalahan?

Waktu terus berjalan, kini saya cukup berpegang teguh dengan pernyataan itu sambil menanti dan menyaksikan adil yang sesungguhnya dari-Nya (diakhir). Tak perlu lagi menyimpan harap pada sesama manusia, karena pada nyatanya, orang yang paling dipercaya pun belum tentu bersikap adil dimata kita. Dan ketika dihadapkan untuk menuntut bersikap adil, libatkan Dia. Walaupun akhirnya sangat mungkin mengecewakan sebagian pihak, setidaknya putusanmu tak murni dari keegoisan dari dirimu.