Beberapa minggu ini marak berita tentang layoff oleh beberapa perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Jumlah karyawan terdampak juga bervariasi dari beberapa orang, hingga belasan ribu. Luar biasa. Doa terbaik untuk saya kepada rekan-rekan yang terdampak, begitupun yang sedang cemas akan statusnya.

Sejak 2019-2022, telah terjadi beberapa layoff. Beberapa rekan terdampak juga sempat bercerita tentang kesedihan ataupun kekecewaan terhadap putusan dari perusahaannya. Ada pola yang cukup mirip dari beberapa obrolan. Misal,

  • “Saya kira saya ga akan kena, soalnya lumayan getol bawa nama perusahaan tiap ada talk”
  • “Udah kerja maksimal, loyal sama perusahaan, tapi masih tetap kena”
  • dan lain sebagainya.

Dari contoh diatas saja, tidak menutup kemungkinan untuk tetap terdampak walaupun kita bangga dengan perusahaan seperti sering pitch pencapaian-pencapaian ataupun benefit bekerja di perusahaan tersebut.

Bagi saya, bekerja hanyalah untuk sekadar bekerja. Bukan berarti saya tidak bekerja optimal, namun saya lebih menempatkan relasi ini hanya sebatas bisnis. Saya bekerja untuk memberi layanan, pekerja memberi upah untuk menunjang pekerjaan. Saya lakukan berdasar apa yang ditawarkan. Karena pada akhirnya, bisnis adalah bisnis, profit, kontinuitas. Idealisme bekerja sambil memberi impact menurut saya hanyalah alibi. Karena pada dasarnya, ketika bisnisnya memburuk, akan layoff juga.

Lalu, apakah berarti kita tidak perlu membangun relasi dengan rekan kerja? Perlu, namun prioritaskan. Karena, sejujurnya menurut saya tidak semua relasi itu baik. Misal, untuk saya sendiri lebih cenderung membangun relasi dengan rekan yang cocok diajak ngobrol, bahkan bukan sebatas kerjaan. Ataupun membangun relasi dengan yang bisa saling menerima pikiran masing-masing. Ya, walaupun hanya sedikit, tapi saya lebih mendapatkan value-nya ketimbang membuat koneksi kemana-kemana. Ngobrol dengan istri dan anak jauh lebih menarik, haha.

Begitulah kira-kira tentang “Bekerjalah sekadar bekerja”. Kalau kata komik sebelah, “Stay woke, salaryman”.