2016 adalah tahun saya lulus Sarjana Komputer (Teknik Informatika). Berarti sudah sekitar tujuh tahun secara resmi saya berkarir sebagai seorang engineer. Jika dihitung dengan masa freelance, berarti sudah sekitar 10 tahun sebagai engineer. Saya masih ingat betul saat pertama jungkir balik dari role satu ke role yang lain. Dimulai pada masa awal menjadi software engineer, lalu system administrator, sempat freelance diranah security engineer dan data engineer dan juga IoT engineer, hingga akhirnya sekarang seringkali berperan sebagai tech lead dan infrastructure engineer (Cloud Infra, DevOps, Site Infra, you name it). Lalu, apa hal yang didapatkan selama kurang lebih 10 tahun berkarir sebagai engineer?
Software Engineering Membosankan
Setelah 10 tahun merasakan beberapa role berbeda, saya tetap berkesimpulan bahwa software engineering itu membosankan. Saat dulu kuliah, tak jarang saya mendengar kalimat yang menyatakan bahwa engineering itu tidak membosankan karena “inovasi” akan terus berkembang dan seorang engineer ada untuk menyelesaikan masalah. Namun, yang saya rasakan justru berbeda. Dari setiap role yang pernah dirasakan dan dengan segala metode atau konsep yang ada dalam tiap role tersebut, pada akhirnya sama saja. Misal, infrastructure engineer dengan konsep seperti virtualisasi, orkestrasi, manajemen konfig, deployment method, dll. Seiring berjalannya waktu akan muncul konsep atau metode dengan nama baru yang sebenarnya secara fundamental tidak jauh dari hal sebelumnya. Rasa penasaran dan antusiasme yang saya dapatkan cenderung singkat.
Sering Terjadi Hiring yang Tidak Tepat
Dari satu proyek ke proyek yang lain, perusahaan satu ke perusahaan lain, pola yang hampir selalu saya dapatkan adalah berlebihan dalam menyampaikan value dari posisi tersebut. Hal ini dapat dirasakan ketika interview, saya selalu bertanya terkait keutamaan dari posisi tersebut dari sisi bisnis, proyeksi jangka panjang untuk role tersebut terhadap bisnis. Jawaban yang sangat sering didapatkan adalah “posisi ini sangat penting, karena ada beberapa proyek penting yang sangat kritikal”. Namun yang sering terjadi justru mismatch dengan kebutuhan bisnis dan seringkali proyeksi karir jangka panjang itu hanya imajinasi saja. Karena, ketika sudah dijalani fokusnya hanya fill the gap saat itu saja. Kondisi ini lumayan PR, karena kalau mau stay dan tetap bermanfaat untuk bisnis, perlu bootstrap dari awal. Kalau tidak, ya… We don’t have enough value for the company to be there.
Rasa Berlebihan yang Berujung Over-engineering
Ada proyek baru, dan ternyata impresinya adalah proyek tersebut sangat kritikal. Tahan dulu antusiasme untuk garap proyek tersebut. Coba lakukan assessment ulang terhadap proyek tersebut. Karena, selama berkarir diranah software engineering salah satu yang sering dirasakan yaitu mismatch antara kebutuhan bisnis dan solusi teknisnya. Bisa jadi proyek baru itu sebenarnya tidak terlalu penting dan ada hal lain yang lebih penting dari itu walaupun tidak semenarik proyek baru itu. Selain itu, seringkali proyek yang bersifat kritikal berujung dengan over-engineering yang seharusnya tidak terjadi. Biasanya terjadi ketika ada ketakutan berlebih terhadap kesuksesan proyek tersebut yang akhirnya melakukan banyak implementasi teknis yang seharusnya tidak perlu dan berujung menjadi tech debt. Don’t trust anyone 100% on anything. Pastikan selalu assessment ulang semua yang akan kita lakukan.
Non-teknis Lebih Menarik Daripada Teknis
Awalnya saya kira belajar banyak tools dan teknologi akan sangat menarik. Ternyata untuk saya pribadi merasa itu hanya berlaku untuk diluar perkerjaan (homelab, ngoprek). Sedangkan untuk bekerja besar kemungkinan akan terbatas ruang geraknya. Selain itu ada hal lain yang akan lebih bermanfaat dan membantu karir, yaitu memperbaiki masalah non-teknis. Misal, workflow kerja, memahami tim, memahami kebutuhan bisnis, memperbaiki efektivitas tim. Menurut saya pribadi ini adalah hal satu-satunya yang menarik selama bekerja dilingkungan profesional. Dan sepertinya akan menjadi satu-satunya yang akan tetap saya lakukan selama masih dilingkungan profesional.
Bagaimana Selanjutnya?
Jujur, saya sendiri tidak memiliki ketertarikan dilingkungan profesional software engineering (bukan berarti saya tidak perform atau akhirnya bermalas-malasan ya :) ). Saat ini sudah mulai berupaya untuk masuk ranah agrikultur dan pendidikan. Jadi, maunya sih bisa bertahap pivot ke dua ranah tersebut untuk kemudian karir profesional ini mungkin akan lebih ke consulting atau mungkin akan lebih fokus menyelesaikan masalah non-teknis daripada yang teknis. Karena non-teknis ini seringkali bersifat fundamental yang nanti akan berdampak pada saat masuk implementasi teknis.